BERJALAN DI ATAS AIR: ANTARA HOBBY & PANGGILAN




Sebuah perjalanan hidup adalah sebuah perjalanan yang menantang. Sebuah perjalanan bagaimana kita harus keluar dari zona nyaman kita untuk menantang diri kita melakukan hal-hal yang lebih besar lagi. Hal ini kita perlu lakukan untuk membantu kita mengenal panggilan Allah yang sesungguhnya untuk kita.

Seperti Petrus yang berani keluar dari perahu, menantang dirinya berjalan di atas air dalam kuasa Tuhan, demikian juga hendaknya kita. Namun, ada hal yang perlu kita perhatikan tentang berjalan di atas air, yaitu apakah itu dorongan untuk melihat kuasa dan kebesaran Allah atau hanya dorongan yang muncul karena ke-tolol-an untuk mencobai kuasa Allah.

Mengenal panggilan Allah adalah berusaha menaklukkan ketakutan terbesar kita. Karena pada dasarnya yang membuat kita lamban dalam sebuah proses adalah karena adanya ketakutan terhadap sesuatu.

Allah telah mengaruniakan kepada tiap-tiap kita talenta dan karunia masing-masing. Dan biasanya akan menemukan panggilan itu tidak jauh dari talenta dan karunia itu (meski pun ada beberapa orang yang tidak seperti itu). Tapi, perlu dicatat bahwa Allah tidak memberikan kita sesuatu yang sudah jadi. Allah memberikan sesuatu yang kadang masih “perlu dirakit” alias perlu proses sehingga bisa dipergunakan.

Seperti seorang tuan yang memberikan talenta kepada 3 hambanya yang berharapnya talenta tersebut dikembangkan untuk mendapatkan yang lebih besar lagi.

Apa panggilan itu sama dengan hobby? Bisa Ya, Bisa Tidak. Ya, karena Allah memberikan kita karunia dan talenta untuk melaksanakan hobby kita tersebut. Tidak, ketika Tuhan menginginkan kita melakukan bukan hanya sekadar dari kesukaan kita.

Karena bagaimana pun, panggilan nabi-nabi sebelum Yesus kadang-kadang malah berbanding terbalik dengan apa yang mereka dapat lakukan yang mereka sukai. Musa yang tak memiliki kepandaian (hobby) untuk berbicara namun nyatanya dipakai Tuhan untuk menjadi perantara Allah dan bangsa Israel. Daud yang memiliki hobby bermain musik namun nyatanya bukan itu yang membesarkan namanya, melainkan kepiawaiannya dalam berperang bahkan melebihi Raja Saul.

Namun, terkadang orang selalu menganggap hobby adalah satu-satunya panggilan. Nyatanya hobby juga kadang-kadang membuat kita selalu berada pada zona nyaman kita yang membuat kita tidak bisa keluar dari perahu.

Panggilan lebih daripada sebuah hobby yang mendatangkan kesenangan bagi kita. Tapi panggilan adalah sebuah tantangan yang biasanya penuh dengan ketakutan. Tapi ketika kita berani melawan ketakutan itu, maka kita pun akan merasa damai dalam melaksanakannya, sehingga kita akan mendapati diri kita berjalan di atas air. Sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan untuk kita bisa lakukan sebelumnya.

Ketika kita sudah mendapati diri berjalan di atas air, kadang-kadang akan datang badai dan mulai menggoyahkan iman kita dan membawa kita pada ketakutan dan kekuatiran. Tapi, saat itu kita tidak dituntut untuk melihat ke bawah, betapa dalam dan gelapnya air yang akan menelan kita, atau seberapa besar ombak yang akan menggulung kita, melainkan kita dituntut untuk berfokus pada Tuhan sehingga kita akan melampaui badai tersebut bersama-Nya.

Mengenali panggilan Tuhan butuh waktu yang lama dan butuh proses bahkan perlu dirakit. Kita akan melalui masa-masa penantian ketika Tuhan akan menyuruh kita untuk mencoba melangkahkan kaki pertama keluar dari perahu dan mulai berjalan. Dalam penantian itu pun kadang-kadang kita hanya bisa menunggu. Apa yang kita lakukan dalam menunggu tersebut? Tentunya semakin banyak mendekatkan diri kepada-Nya.

Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, membuat kita akan mendapati Dia semakin besar dan kita semakin kecil. Mendapati Tuhan semakin besar bukan berarti bahwa Allah yang berubah, melainkan pemahaman kita tentang Allah yang membuat kita akan semakin sadar betapa besarnya Allah itu dan mendapati diri kita semakin kecil dan tidak ada apa-apanya dibanding Tuhan, sehingga kita akan semakin kagum dengan kebesaran Tuhan yang luar biasa itu.

Karena Allah yang luar biasa adalah Allah yang sanggup membawa kita dalam segala ketidakmungkinan menjadi mungkin. Ketika kita sudah sadar, bahwa Allah kita adalah Allah yang besar melampaui apa pun, bahkan badai sebesar apapun, bukankah berjalan di atas air menjadi sesuatu yang sangat gampang bagi-Nya? Bukankah masalah-masalah kecil yang dalam kehidupan kita akan sangat gampang diselesaikan bersama-Nya?

Mari melangkahkan kaki dan mulai berjalan di atas air.
Diringkas dan dikembangkan dari buku: “JIKA INGIN BERJALAN DI ATAS AIR, KELUARLAH DARI PERAHU”

Comments