"Pribadi" Yang Dikehendaki-Nya

Original foto: "Samalona Island"
Hari ini kembali menulis,...

Menulis, ya.... mungkin draft untuk jadi sebuah buku atau menjadi kenangan hari, tanggal, dan tahun. Sebenarnya saat ini saya sangat banyak project video yang belum kelar-kelar tapi sedikit saja menjalankan hobi saya yang satu ini tak apalah, hitung-hitung menambah koleksi catatan dan kenangan yang mungkin akan menjadi buku saat dirangkum bersama judul lainnya.

Ibadah hari ini begitu berkesan. Tepatnya di Jam Doa PMKO Filadelfia MIPA_Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Tidak ada yang benar-benar istimewah sih, hanya saja karena konsepnya yang berbeda yaitu bedah film, jadinya lebih menikmati. Seperti nonton film di bioskop.

Dalam film tersebut saya sangat banyak mendapatkan pelajaran hidup yang tentunya sangat sesuai dengan kehidupan saya saat ini. Bahkan bisa dibilang alur video tersebut dari awal sampai akhir semuanya kena ke kehidupan saya secara pribadi.

Digambarkan sebuah Club American Football dipimpin oleh seorang pelatih, namun dalam bimbingan pelatih tersebut klub tersebut sangat jarang menang. Selain masalah di dunia pekerjaannya sebagai seorang pelatih yang tidak bisa diharapkan, ia juga memiliki masalah keluarga yakni ia masih belum memiliki anak meskipun sudah menikah selama 4 tahun sementara ia dan istrinya sangat menginginkan itu.

Pada kasus lain, dari semua anggota klub yang ia pimpin hampir tidak pernah benar-benar berusaha memberikan yang terbaik. Dari jawaban mereka, mereka hanya ingin menang, dikenal, dibayar dan mungkin akan mendapatkan ketenaran. Setelah itu mereka tidak tahu lagi.

Sementara di bagian lain lagi ada seorang pemuda yang sangat ingin masuk dalam tim football namun tidak puas dengan bentuk tubuh yang dimilikinya, kecil dan pendek tidak seperti pemain lainnya. Ditambah lagi ia memiliki seorang ayah yang cacat dan harus berjalan dan bergerak dengan menggunakan kursi roda.

Singkat cerita semuanya mulai membaik. Mulai dari klub tersebut yang mulai diperbaiki motivasinya yaitu tidak hanya sekedar bermain untuk juara melainkan sebuah tujuan bahwa mereka malkukannya untuk memberikan yang terbaik. Terlebih sang pelatih memperkenalkan mereka pada Kristus untuk terlebih dahulu mulai mengakui keegoisan, kesombongan mereka, tujuan mereka yang salah, dan rasa percaya diri yang kurang.

Saya begitu terharu bahkan ketika dalam permainan itu bisa menjadi momen untuk menyebarkan kebenaran. Sampai tak kelompok itu benar-benar hanya mau melakukan yang terbaik, bukan hanya untuk diri mereka sendiri secara egois, tapi menyangkut sebuah tujuan bersama terlebih mereka bisa mempermuliakan nama Tuhan lewat mereka.

Pemuda yang pendek dan berbadan kecil itupun, sebut saja David, bergabung dalam team tersebut, meskipun ia harus berlatih jauh lebih keras. Sasmpai pada akhirnya ia betul-betul bisa.

Kapten dari team itu pun selalu meragukan diri dan teamnya. Tidak pernah benar-benar mau meberikan yang terbaik. Namun setelah diberikan pengarahan lewat latihan yang begitu dramatis yang membuat dirinya menjadi semangat bahkan ia bisa melihat dirinya bisa melakukan jauh lebih dari pada yang ia harapkan dari dirinya.

Semua berubah. Team yang awalnya biasa-biasa saja dan selalu dianggap remeh bahkan mereka sendiri, kemudian berubah menjadi team yang bisa diandalkan dan terlebih team itu penuh dengan pujian dan penyembahan.

Beberapa perlombaan pun dimenangkan tibalah saatnya mereka kembali terpuruk dalam kekalahan. Maka di saat itulah kembali mereka diuji apakah ketika mereka kalah masih tetap memuji Tuhan atau tidak? Dan mereka saling mengingatkan bahwa apa pun yang terjadi, Tuhan itu baik bahkan ketika mereka kalah. Dan pada akhirnya ternyata mereka kalah karena sebuah kecurangan dan hasil tak terduga setelah lawan mereka didiskualifikasi karena kecurangannya.

Film berlanjut, mereka maju babak final untuk memperebutkan kejuaraan nasional melawan orang-orang yang besar dengan anggota 86 orang (Bersama cadangan) dan mereka hanya 32 orang (bersama cadangannya). Wajah mereka penuh dengan ketakutan dan rasa kurang percaya diri. Singkat cerita mereka mereka memenangkan pertandingan dengan tendangan terakhir dari si David yang berbadan kecil dan pendek itu, meskipun harus jauh tertinggal sebelumnya. Jika anda menontonnya pastilah anda ikut terlarut di dalamnya.

Sang pelatih pun begitu sangat bangga. Bukan hanya karena mememangkan pertandingan, tapi bisa memperkenalkan anggota team-nya pada Kristus yang lebih mendalam. Ditambah lagi Istrinya yang selama ini sudah lelah memeriksa kandungannya akhirnya terbayar juga, yaitu dia hamil, walaupun sekali lagi harus ada sisi dramatisnya yaitu harus putus asa karena hasil periksanya tertukar dengan orang lain.

Tapi ya namanya film yang sudah diatur sama sutradaara, pastilah banyak dramatisnya. hehehe...

Tapi terlepas dari film tersebut hanyalah sebuah karya yang (mungkin) tidak nyata dan fiksi, tapi dalam kehidupan kita, tidak jarang kita menemukan masalah dan kasus yang serupa.

Dalam kehidupan saya secara pribadai malahan saya mengalami semua part dalam film tersebut. Tidak percaya dengan diri saya. Tidak mensyukuri apa yang Tuhan sudah berikan kepada saya. Di sisi lain, saya memiliki kecenderungan untuk mengejar keduniawian, ketenaran, kekerenan, persis seperti di film itu.

Terkadang memang kita sangat susah untuk menerima diri kita. Kadang-kadang kita hanya melihat apa yang orang lain miliki dan kita mau juga tanpa kita lihat bahwa mungkin ada juga hal lain dalam diri kita yang perlu untuk kita kembangkan. Kita seringkali memandang remeh diri kita sendiri. Bahkan satu kalimat percakapan dalam film itu terngiang dalam pikiran saya yaitu balasan David ke ayahnya yang mengatakan "kalau memang Tuhan merancang saya untuk menjadi sesuatu, kenapa saya dilahirkan berbadan pendek dan kecil" Ayahnya pun menjawab "Karena IA mau menunjukkan bahwa betapa kuatnya dirimu". Saya lalu menyimpulkan bahwa ya memang betul. Jika David terlahir dengan tubuh perawakan besar, maka tidak heran jika ia menjadi pememang. Tapi dengan tubuh yang mungil, bukankah suatu hal yang luar biasa?

pelajaran lain yang saya ambil adalah bahwa kadang-kadang kita melakukan sesuatu hanya untuk sebuah tujuan keegoissan kita. Ingin disanjung, dipuji, atau bahkan ketika kita menang kita bisa mengucilkan yang kita kalah. Meremehkan mereka. Tapi bukan itu melainkan bagaimana kita mengembalikan kepada Tuhan kemuliaan-Nya. Kita bisa karena Tuhan. Bukan karena kita. Kita hanya bisa berusaha dan mengandalkan-Nya. Tanpa dia kita tidak akan menjadi apa-apa.

Sangat kompleks sih, apa yang saya dapat dari film itu. Tidak bisa diungkapkan semua. Mungkinsaya akan mejabarkannya dalam beberapa topik dikemudian hari untuk mengambil satu bagian saja dalam film tersebut. Intinya adalah hidup ini terlalu sayang untuk disesali. Hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan dengan keduniawian belaka. Mengembalikan semua kemuliaan kepada-Nya bukankah hal yang paling mulia?

Pada intinya adalah semua yang terjadi dalam kehidupan kita, susah, senang, kalah, menang, gagal, berhasil, jatuh, bangun, tertawa, menangis, dan lain sebagainya. Hanya satu. Dia ingin kita menjadi pribadi. Pribadi yang sadar bahwa kita milik-Nya. Kita bisa mengandalkan-Nya dalam keadaan apapun dan terus memuliakan-Nya.

Selamat Malam
Tuhan Yesus memberkati.

NB: Lupa judul filmnya. (soon akan kucari hehehe)






Comments