file original dilindungi hak cipta |
"If we don't accept ourselves, we will live in misery. We will NOT view our lives as a blessing. We must open our eyes and see all the beauty that we have inside." - Medeline Djajasaputra (Littel Good Things Every Day).
Kalimat di atas selalu sepertinya sudah sangat biasa dan sering kita baca dalam buku motivasi bahkan dalam beberapa akun instagram yang sering memposting kalimat-kalimat motivasi kalimat ini sudah sangat banyak.
Tapi, karena itulah sebenarnya yang membuat kata ini menjadi biasa dan sepertinya tidak punya lagi power untuk dijadikan sebagai penyemangat hidup. Padahal, jika diperhatikan dan didalami sampai titik paling dalam, kalimat itu menjadi sangat berarti, bukan hanya sekedar kata-kata indah yang enak untuk dibaca saat membuka facebook, instagram, twitter atau jejaring sosoal lainnya.
Dalam beberapa hari ini saya selalu dihantui dengan rasa rendah diri. Ya, rasa rendah diri. Karena melihat diri saya sebagai mahkluk yang penuh dengan kekurangan bahkan jika saya membandingkan diriku dengan orang lain, hal itu sering membuat saya merasa sangat buruk dan tak berarti apa-apa di dunia ini.
Dari segi fisik, saya adalah orang yang berasal dari keluarga yang bisa dibilang tidak rupawan. Hal inilah sering membuat saya minder karena memiliki wajah yang tidak seperti teman-teman saya. Mungkin ini berlebihan dan saya tahu itu. Tapi memang dunia ini begitu kejam. Sengaja atau tidak sengaja, pasti semua manusia akan terkagum dengan orang yang memiliki paras yang rupawan.
Berbicara soal karakter, saya adalah orang yang sudah beberapa kali down dan bermasalah sosial dengan kerabat, sahabat, dan komunitas dan komunitas yang saya ikuti. Memang saya bermasalah dengan emosional yang saya miliki dan mungkin saya membutuhkan seorang psikolog yang bisa menuntun saya untuk mengontrol emosi yang saya miliki.
Tapi, dalam keterpurukan ini, saya mencoba untuk mengumpulkan lagi puing-puing harapan yang masih ada. Berkat membaca buku "Little Good Things Every Day"dari Medeline Djajassaputra menjadi salah satu motivasi saya untuk merubah minset secara perlahan. Ya, berusaha untuk menerima setiap apa yang ada dalam diriku. Baik dan buruknya itu.
Selain kalimat yang saya tuliskan dibagian awal judul ini, sangat banyak kalimat yang begitu penting yang saya dapatkan dalam buku ini, misalnya tentang melihat seorang manusia. Ketika kita melihat orang cantik/tampan mungkin kita akan mengatakan seandainya saya begitu atau bisakah ia menjadi milik saya? Itu manusiawi. Tapi terlalu berlebihan akan membuat kita prustasi dan jatuhnya tidak mengahrgai apa yang kita miliki seperti halnya dengan saya.
Saya berusaha untuk menanamkan dalam pikiran saya bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika kita kurang rupawan, mungkin kita memiliki kelebihan dalam bidang lain seperti misalnya suara yang indah, rambut yang tebal dan lain sebagainya.
Belum lagi jika berbicara soal karakter. Ketika bertemu dengan orang yang beitu baik, ramah, mungkin kita akan berusaha untuk sama dengan mereka. Ketemu dengan orang yang suka bercanda, humoris, dan suka bersahabat mungkin kita juga akan berusaha menjadi seperti mereka. Mungkin karakter kita adalah karakter yang kaku dan tidak gampang kenal dengan orang lain seperti halnya dengan saya. Tapi lebih dari itu semua saya mulai menanamkan bahwa siapa pun tidak ada yang sesempurna itu.
Menerima apa yang saya miliki adalah kunci dari memiliki segalanya itu. Ketika saya menerima diri dengan apa adanya, maka saya akan merawatnya menjadi sebuah hal yang indah dan tentunya akan menjadi sesuatu yang lebih indah dibanding saya sekedar membandingkan diri saya dengan orang lain.
Mungkin saya tidak memiliki wajah yang rupawan, namun saya memiliki suara yang bisa saya gunakan untuk bernyanyi. Mungkin saya tidak memiliki bentuk badan yang ideal tapi bagaiamana supaya saya tetap menjaganya agar tetap sehat bugar.
Menghadapi kehidupan ini memang sangat dibutuhkan bukan hanya kekuatan fisik tapi yang paling penting sebenarnya adalah kekuatan batin untuk menampung dan menanggung semua tantangan yang datang menyerang bahkan dari dalam hati kita sendiri. Itulah makanya orang selalu mengatakan "musuh kita sebenarnya adalah diri kita sendiri".
Oleh karena itu, saya secara pribadi mendeklarasikan bahwa hidup dengan mengejar keinginan untuk sama dengan orang lain adalah hal yang salah total. Kita hanya bisa menjadikan orang lain sebagai semangat untuk kita menjadikan diri kita lebih baik dari diri kita sebelumnya. Bagaimana pun membandingkan diri dengan orang lain akan berakhir menyakitkan karena kita tidak akan pernah sama dengan orang lain. Bagaimana pun caranya.
Dengan ini, ada baiknya jika kita menjaga apa yang ada pada kita sambil terus memperlengkapi diri dengan apa yang perlu, bukan membuang yang ada dan mengambil yang baru. Itu akan membuat kita merasa kecewa.
Selamat malam.
Aris Taoemesa.
Comments
Post a Comment