Ketika kita mau melakukan sesuatu pasti akan selalu ada persiapan yang kita lakukan sekecil apa pun itu. Apalagi jika kita akan melakukan suatu kegiatan yang luar biasa besarnya.
Dalam beberapa pengalaman saya, misalnya saat akan mengadakan kegiatan di persekutuan, persiapan bisa mencakup waktu yang sangat lama. Mulai dari pembentukan kepanitiaan sampai hari H. Demikian juga saat saya akan melayani baik sebagai pemusik atau sharing. Semua butuh persiapan.
Semua hasil dari kegiatan kalau menurut saya 95% tergantung pada persiapan. Jika persiapan kurang maksimal, maka pasti hasilnya juga akan tidak bagus. Kondisi saat pelaksaan kegiatan saya anggap 5% saja. Walaupun dalam beberapa kasus kondisi kegiatan juga mengambil peranan penting. Tapi semuanya akan bisa tertanggulangi jika kita memasukkannya dalam persiapan.
Pengalaman saya juga saat saya mengikuti tes kerja, semua hasil pastinya ditentukan oleh persiapan. Begitu menyesalnya saya ketika saya sudah belasan kali mengikuti tes kerja namun ada-ada saja tempat saya gagal. Padahal dengan banyaknya pengalaman ini saya seharusnya belajar untuk persiapan lebih dan lebih lagi.
Hal ini juga mengingatkan saya pada “Persiapan akan Kehidupan Kekal”. Hal seperti tes pekerjaan, pelayanan atau kegiatan lainnya dalam dunia saja menuntut kita untuk persiapan yang lebih, bagaiaman untuk kehidupan kekal yang merupakan final dari semua yang ada. Semua. Ya, semuanya.
Mega persiapan seharusnya kita kerjakan untuk sebuah kehidupan kekal yang memuaskan.
Dalam iman Kristen, kita meyakini bahwa keselamatan kekal bukanlah karena hasil usaha sendiri namun hanya karena kasih karunia TUHAN semata. Tuhan yang telah mengaruniakan keselamatan itu kepada setiap orang yang percaya dalam nama-Nya.
Namun, dalam merespon kasih karunia TUHAN yang luar biasa yang telah berikan itu, bukanlah hal yang mudah. Bukan perkara yang mudah karena ada amanat yang diberikan untuk kita kerjakan. Ya, amanat agung tepatnya.
Persiapan di dunia ini mencakup bagaimana menyebarkan kasih Tuhan yang telah kita alami kepada orang-orang yang belum merasakannya.
Pada intinya ALKITAB mencatat bahwa kehidupan kekal ada dua yaitu kehidupan kekal yang menderita dan kehidupan kekal yang berbahagia. Dan itu semua akan kita tahu setelah hari-H pengumuman hasilnya.
Kehidupan kekal yang berbahagia adalah kehidupan kekal yang tidak ada penderitaan yang ada hanyalah damai sejahtera. Nah, persiapan di dunia fana seharusnya kita persiapan untuk bagaimana bisa menghilangkan penderitaan orang-orang sekitar kita karena kita tidak suka akan penderitaan. Kita harusnya melakukan persiapan untuk bagaimana selalu memenuhi bumi dengan damai sejahtera.
Begitu sebaliknya. Dunia kekal yang menderita dan tidak ada damai sejahtera adalah hasil dari persiapan yang menyukai penderiataan. Penderitaan yang dimaksud di sini adalah bagaimana orang yang senang melihat orang lain menderita dan tidak suka membagikan damai sejahtera.
Kiranya kita semua semakin giat melakukan persiapan yang baik untuk kehidupan kekal yang berbahagia bukan kehidupan kekal yang menderita.
Menulis artikel ini bukan berarti saya lebih baik tapi justru karena ini momentum penting di mana saya menyadari akan hal ini. Sehingga ketika saya lupa, akan ada saat di mana saya melihat tulisan ini dan kembali mengerjakan persiapan atau istilahnya “mengerjakan keslamatan”.
NB: “Mengerjakan Keselamatan” tidak sama dengan “Mencari Jalan Keslamatan”. Karena Keselamatan itu sudah ada dikaruniakan kepada kita, tinggal bagaimana kita mengerjakannya.
Comments
Post a Comment