Hingga Aku Berpikir Untuk Atheis 2


Saya sangat menikmati waktu yang begitu indah belajar sendiri, tanpa harus pusing memikirkan waktu PA bersama adik-adaik PA lagi.

Bulan Januari lalu saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja saat genap 1 tahun bekerja sebagai jurnalis karena merasa kurang cocok. Saat itu saya yakin benar bahwa katika saya mengundurkan dari tempat kerja yang notabenenya bukan basic ilmu saya (Saya Sarjana KIMIA), Tuhan akan memberikan temoat kerja yang lebih cocok dan dengan penghasilan yang jauh lebih baik juga dan yang pastinya sesaui dengan basic ilmu saya. 

Namun, setelah 2 bulan mencari kerja membuat saya patah semangat. Sudah memasukkan lamaran san-sini, jarang ada panggilan bahkan saat ada panggilan tidak ada yang lolos. Kalaupun ada yang lolos yang meurut saya abal-abal.

Saya pun perlahan mulai ragu dengan Tuhan. Tapi saya tetap percaya.

Tiba saat saya ada panggilan dari Bank BTN untuk tes interview awal. Saat itu saya sangat pesimis dengan banyaknya tes yang akan dilakukan. Tapi saya tetap berkeinginan untuk mencobanya dan saya bilang ke Tuhan "TUHAN jika Kau menghendaki aku untuk lolos, lancarkanlah, namun jika tidak biarlah aku tidak lolos tahap awal saja supaya aku tidak kehabisan waktu untuk hak yang tidak pasti" (saya pikir mungkin ini doa yang salah) saya lalu membaca persiapannya.

Karena syaratnya adalah harus pakai sepatu pantofel sementara saya tidak punya sepatu pantofel, saya harus meminjamnya ke adik PMK. Malam itu saya yang sudah jarang ke PMK tiba-tiba nongol, karena saat itu memang lagi pertemuan divisi yang saya dampingi, Setelah itu saya mau pulang, karena lagi hujan, motor saya jadi mogok saya harus menunggu sampai hujan berhenti.

Hujan berhenti, motor sudah baik kembali dan mengantar salah satu adik. Setelah mengantar saya lalu lanjut pulang dan tanpa sengaja jatuh dari motor karena jalan yang licin akibat hujan. Motor jadi rusak. Ada mobil dibelakang dan beberapa kendaraan yang saya lihat berhenti. Dalam hati, saya sangat bersyukur karena kendaraan tersebut berhenti. bagaimana jika tidak, karena saya terseret jauh dari motor (sehiungga agak masuk tengah jalan). Saya sangat bersyukur waktu itu, bahkan sepanjang jalan, memikirkan kengerian apa yang akan terjadi atasku jika kendaraan dibelakang saya melajun kencang. Walaupun sakit karena luka kecil saya sangat bersyukur...

Sepulang rumah, saya harus mempersiapkan ini dan itu untuk berkas interview awal seperti print nomor pundak dan masih harus latihan. Tapi apalah daya saya menggigil karena luka dilutut. Jadinya tidur saja sambil menahan panas yang sudah mulai menyerang. ya, Demam. 

Paginya, saya kembali bangun, karena sudah mendingan, saya berusaha untuk mempersiapkan semuanya dalam waktu 30 menit untuk print nomor pundak. Karena printer saya sudah di bawa adik saya ke asrama, saya akhirnya ngin meminjam (tanpa memberi tahu staf terlebih dahulu) printer kantor (saya tinggal di yayasan Perkantas).

Printernya nyambung sih, karena mirip dengan punya saya dulu. Canon MP280. Tapi tiba-tiba MS word saya eror sementara format nomor pundak harus diedit pakai word. Akhirnya saya coba pakai Word Android. Selesai. Eh malah Printernya tidak bagus tintanya. Ternyata ini sepertinya printer yang sudah lama tidak dipakai. Padahal sudah berlalu 30 menit. tinggal 30 meniot lagi tes dan saya jadi pesimis. Akhirnya saya memutudskan tidak ikut tes dan berpikir TUHAN tidak menghendakinya. 

Next >>> 1 >>> 2 >>> 3 >>> 4

Comments