Utamakan Kepuasan Pelanggan


Hari ini aku pulang kampung. Aku berangkat dini hari tepatnya pukul 01.25 WITA setelah menunggu bus selama beberapa jam, bus tujuan kampung saya.

Saya naik ke bus mini itu, dan saya mengamati bagaimana pelayanan yang punya mobil memperlakukan kami para penumpang.

Pertama, saya naik dan di suruh menuju ke belakang, tempat di mana barang-barang kiriman bertumpuk dan satu sap kursi kosong. Karena malam hari kunyalakan senter ponsel genggamku. Berdebu dan sangat banyak semua permukaannya penuh debu. Kutepuk satu kali saja semuanya langsung beterbangan. Wah bisa-bisa sakit ini. Tapi, sudah terlanjur telpon mobil ini jadinya enggan untuk batalkan. Kami lalu beranjak.

Kedua, beberapa menit kemudian bus ini berhenti dan kami semua disuruh turun. Kursinya lalu di bongkar dan dinaikkanlah satu sepeda motor ukuran sedang. Semakin sempit dan semakin tertutupi barang-barang. Untuk turun dan naik jika ada keperluan harus susah payah bahkan lewat jendela yang kecil. Ini luar biasa.

Ketiga, kami turun belanja ditempat oleh-oleh. Saya melihat oleh-olehnya sepertinya ada di kota tempat saya berangkat, tapi karena saya lupa beli, sehingga tepaksa harus beli di tempat ini. Harganya jauh bahkan sampai 2 kali lipat. Saya beli agak banyak (berhubung banyak ponakan). Si ibunya masukin ke kantong ukuran sedang dan tidak muat lalu saya minta kantong lagi satu untuk bagi dua.

Namun, Ibunya sepertinya memperlihatkan raut muka yang kusam. Akhirnya kuputuskan  beli lagi satu roti. Rotinya kebanyakan sudah bulukan tapi ibunya ngotot bilang ini masih baru. Demi untuk mendapat satu kantong lagi saya lihat yang agak bagus. Akhirnya dapatlah satu kantong, tapi yang pas dengan roti itu. Bagaimana mau pindahkan yang penuh ini? Luar biasa.

Perbadingan.

Beberapa minggu lalu juga saya menghadiri sebuah acara di salah satu daerah Jawa. Kami naik bus mini, kami naik angkot dan diperlakukan dengan terhormat.

Saat kami membeli oleh-oleh, sampai testingnya pun ada, untuk mencoba rasa. Dipromosikan setiap kelebihan dan kekurangan setiap produk (walaupun tidak semua tempat si, tapi pelayanannya rata-rata sangat bagus). Bukan hanya itu barang belanjaan kita di packing dengan baik (+uang tambahan jika pakai dus).

Jika dibandingkan keduanya, perbedaannya adalah pada fokus. Yang pertama fokus dengan diri sendiri dan mengesampingkan kepuasan pelanggan sedangkan yang kedua fokus utama adalah fokus seimbang antara kepuasan pelanggan dan pendapatan.

Apa yang bisa saya (persepsi saya bukan kita) pelajari bahwa kebanyakan orang sulawesi berpuasat pada diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepuasan pelanggan sedangkan di Jawa lebih mengutamakan kualitas dan pelayanan.

Saya tidak mau menjelek-jelekkan daerah saya sendiri tapi, bagaimana daerah kita bisa terbangun dengan setiap tindakan kecil kita.

Potensi sulawesi tidak kalah dari daerah lain tapi kadang-kadang kalah dipelayanan.

Adalah lebih baik jika kita membantu pemerintah untuk mengembangkan potensi itu dengan berpusat pada kepentingan bersama.

Mulai dari transportasi yang nyaman, penjualan oleh-oleh yang kreatif dan berkualitas, warung makan yang rapih, bersih dan higienis, dll. Sehingga ini akan menjadi nilai plus.

Kita tidak menunggu pemerintah untuk turun tangan memperbaiki semuanya karena sebaik apapun pemimpin jika yang dipimpin tidak memberikan tanggapan positif maka akan sangat susah untuk berkembang.

Comments