Nasib Parah Penjual Perlengkapan Surat-menyurat depan kantor Pos.
Surat mennyurat adalah salah satu media komunikasi yang penting. Namun berkembangnya teknologi membuat orang-orang jarang lagi mengirim surat manual.
Berkirim informasi sudah memiliki banyak sarana untuk menyampaikan informasinya dengan cepat dan tepat.
Lalu bagaimana dengan nasib para penjual perlengkapan surat-menyurat?
Saya berkesempatan mengunjungi tempat penjualan perlengkapan persuratan, tepatnya di depan kantor pos pusat, Balaikota. Sepanjang depan kantor pos ini akan banyak ditemukan penjual amplop dan perlengkapan persuratan.
Sebut saja Ibu Jumriati, salah satu penjual perlengkapan persuratan yang hari-harinya menghabiskan waktunya di kios penjualannya ini. Sudah 16 tahun Jumriati menekuni usaha ini dan sampai sekrang masih bisa untuk mencukupkan biaya hidup keluarganya.
"Disini saya jual sampul-sampul saja. Kalau suratma sudah tidak ada, apa lagi surat cinta" kata Jumriati 3 tertawa.
"Ya, ini masih mencukupi untuk biaya keluarga. Seharinya kita biasa dapat 500 ribu paling banyak, jadi untungnya masih lumayan bisa sampai 100 ribu" lanjutnya.
Selain menjual perlengkapan persuratan, Jumiati juga menjual mimuman dan makanan ringan untuk menambah penghasilan.
Berbeda dengan Pattanuring. Bapak paru baya ini mengatakan tidak banyak mendapat untung dari usaha ini. Meski begitu, Pattanuring tetap menjalankan usaha ini lantaran tidak menemukan usaha yang lain.
"Kurang laku, sudah jarang. Kalau surat sudah tidak ada. Amplop yang banyak. Mau cari kerjaan lain juga tidak ada, ya kita tetap tekuni meskipun hasilnya tidal menentu" kata Pattanuring.
Ya, Pattanuring memang hanya menjual kelengkapan persuratan. Hal inilah yang mungkin membedakannya dengan Ibu Jumriati.
Comments
Post a Comment